Cari Blog Ini

Laman

Jumat, 04 Februari 2011

nonton bola :)

Euforianya masih terasa sampai sekarang. Ketika punggawa timnas sepakbola Indonesia menerobos babak final piala AFF. Tua muda,laki-laki perempuan, terserang demam bola. Bahkan ketika pesta usai, semangat untuk memperhatikan lika-liku si kulit bundar itu tak pernah luntur. Di stadion, semakin banyak penikmat sepak bola turut memeriahkan laga. Nyanyian pembakar semangat terdengar di tiap sudut tribun. Atribut yang berhubungan dengan bola terbentang di tiap penjuru. Tak ketinggalan penjaja makanan dan minuman yang meraup untung berlipat dari ramainya antusiasme masyarakat yang menonton di stadion. Tak sedikit pedagang musiman muncul disana. Itulah sedikit gambaran yang terlihat ketika saya menyaksikan salah satu pertandingan sepak bola di kota Malang.

Kota dengan dua kekuatan sepak bola yang bermain di dua liga yang berbeda, benar-benar tak kalah fanatiknya dengan kota-kota bola di dunia. Di setiap sudut kota, nama besar klub disana dikomersilkan sebagai magnet untuk menarik pengunjung menghampiri tempat mereka. Bahkan di angkutan kota pun jargon klub sengaja dipampang. Pembicaraan masyarakatnya juga tak lepas dari masalah-masalah bola. Betapa menyenangkan bagi saya yang penikmat bola ketika berada disini. Karena semua yang saya lihat adalah sepak bola. Di mall, pasar,terminal, tempat wisata, semuanya berhubungan dengan suporter dan klubnya.

Hingga datang kesempatan untuk saya menonton secara live pertandingan sepak bola yang dihelat di stadion Gajayana, Malang. Tentu tidak saya sia-siakan kesempatan ini. Sekitar pukul 16.00 saat pertandingan sudah hampir berjalan setengah pertandingan di babak pertama, dan saya ketinggalan dua gol pembuka dari masing-masing klub yang bertanding. Saya percepat langkah dan berharap masih ada gol yang tercetak untuk saya saksikan. 15 menit terakhir laga di babak pertama tak ada gol yang dihasilkan. Memang benar, suasana stadion riuh tiap kali peluang berhasil diciptakan. Penonton di tribun-tribun serentak berdiri tiap bola tergiring menuju kotak penalti. Sayang, peluang-peluang tersebut masih gagal disempurnakan.

Mendung memayungi sejak saya berada disana. Namun perkiraan saya meleset. Karena semakin banyak penonton yang mengisi tribun-tribun yang kosong. Seperti suatu rombongan, puluhan penonton menuju sisi tribun di sekitar daerah pertahanan lawan, dan mulai berjubel memenuhinya. Karena ada yang menarik tentunya, striker tim tuan rumah yang juga striker timnas yang berlaga di piala AFF, menjadi daya tarik sendiri bagi penonton yang berada disana. Apalagi untuk penggemar perempuan seperti saya. Yang saya dengar teriakannya memanggil nama si bintang lapangan, di tengah ramainya penonton yang bersorak. Inilah euforia yang masih tersisa. Takkan pernah berhenti walau laga usai.

Di babak kedua,ketika tensi pertandingan semakin tinggi, hujan deras menjadi tantangan penggocek bola untuk menggiringnya ke gawang lawan. Karena tentu saja, kondisi lapangan yang becek akan menyulitkan mereka. Begitu juga kami yang berada di tribun. Beruntung, pengais rezeki yang menjual jas hujan, menjajakan dagangannya disekitar saya. Tak disangka, dagangan mereka laku keras dibanding yang biasa mereka jual di hari-hari biasa pertandingan. Hal itu yang tergambar jelas ketika saya membeli jas hujan untuk melindungi baju dan tas saya, para pedagang itu tersenyum lebar melihata dagangannya ludes terjual.

Di sisi lain, beberapa ibu kebingungan melindungi anak-anak mereka yang terkonsentrasi pada pertandingan agar terlindung dari hujan. Betapa saya kagum sekaligus kasian. Bagaimana tidak, membutuhkan perjuangan mengajak anak-anak untuk menonton pertandingan bola di tengah cuaca yang tak bersahabat, dan ramainya penonton di stadion. Dan ketika hujan mengguyur seperti ini, ancaman kesehatan juga pasti akan membayangi ibu-ibu itu. Begitu pikir saya saat melihat banyak orang tua yang mengajak anak-anak untuk menikmati bola. Mungkin mereka ingin mengajarkan kepada anak-anak tentang sportifitas, tentang permainan cantik, tentang dukungan fanatik penikmat bola. Dan tentunya, anak-anak akan melihatnya sebagai pelajaran. Yang ditunjukkan idolanya yang berada di lapangan, dan idolanya yang namanya tertulis di kaos jersey yang anak-anak kenakan. Sungguh indah membayangkan bagaimana anak-anak belajar untuk sportif dengan menonton pertandingan bola seperti ini. Dengan atmosfir pendukung yang kondusif, skill pemain yang tak kalah hebat dari pemain-pemain hebat dunia, serta pendampingan dari orang tua agar anak-anaknya dapat melihat sepak bola dari prespektif pembelajaran. Sehingga belajar tak melulu soal teori, tapi juga praktik nyata di lapangan.

Beruntungnya saya sore itu, gol tuan rumah tercipta di menit-menit akhir pertandingan. Sorak penonton di sela-sela rintik hujan menambah semangat untuk memenangkan pertandingan sore ini. Selebrasi fenomenal yang dilakukan si pencetak gol membuat penonton menyambut dengan antusias. Saat si bintang berlari di dekat tribun dan menyapa penggemarnya, acungan jempol, dan teriakan histeris menyambutnya. Ia semakin tampak gembira, karena berhasil mempersembahkan gol dan dielu-elukan oleh pendukung kesebelasannya. Mungkin inilah yang menjadi magnet sepak bola yang semakin digandrungi semua kalangan. Akhirnya pertandingan ditutup dengan selebrasi kemenangan dari seluruh pemain. Dengan bergandengan tangan, mereka menghadap ke arah penonton dan meluncur di atas tanah lapangan yang berlumpur. Dan disambut dengan tepuk tangan yang panjang dari penonton yang belum meninggalkan stadion.