Cari Blog Ini

Laman

Sabtu, 28 Januari 2012

realita seorang jurnalis


Organisasi Wartawan tingkat dunia seperti IFJ (Federasi Jurnalis Internasional) melaporkan bahwa masih banyak terjadi kasus penganiyaan dan ancaman terhadap wartawan atau jurnalis yang terjadi hampir di seluruh negara-negara di dunia. Mengapa hal ini bisa terjadi ? Padahal  tidak sedikit warga negara dengan bermacam-macam profesi yang meninggal akibat kecelakaan kerja. Hal ini dikarenakan seorang wartawan adalah bagian dari sebuah sistem demokrasi. Wartawan dan jurnalis menjalankan tugas untuk memenuhi hak azasi warga negara untuk mengetahui dan mengawasi jalannya pemerintahan dalam mengelola negara, serta untuk berpendapat dan memperoleh informasi.
Itulah sebabnya, mengapa gangguan yang dialami wartawan disejajarkan dengan gangguan yang terhadap rakyat dan demokrasi.”Barangsiapayang menghalang-halangi....diancam hukuman pidana penjara” kata UU Pers Republik Indonesia nomor 40 tahun 1999. Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) Indonesia mencatat, masyarakat biasa, selebritis, anggota DPR atau DPRD, aktivis partai, kelompok preman, pengedar narkoba,kelompok militer kini ikut mengancam wartawan yang sedang bertugas.
Bahkan di daerah perang wartawan hadir menjamin hak rakyat untuk tahu. Tanpa kehadiran wartawan, dunia internasional tidak akan tahu bahwa AS memakai bom kimia bernama NAPALM saat perang di Vietnam. Tanpa kerja pers, kita tak akan tahu bahwa sejumlah calon legislatif di berbagai kota ternyata memalsukan surat keterangan kesehatan dan diantara mereka dinyatakan sakit jiwa. Jadi sangatlah wajar jika banyak pihak yang begitu geram melihat kehadiran wartawan. Karena itu, AJI menerbitkan buku berjudul “Panduan Meliput di Daerah Konflik” agar seperti yang kita petik dari karakter Tintin. Bahwa wartawan bukanlah penakut, tapi tidak pernah menantang maut. Sebagai profesional yang menyadari tugas sebagai pengemban hak publik  untuk tahu,wartawan memiliki perangkat Kode Etik agar interaksi wartawan dalam lingkungan sekitarnya dan hasil karyanya betul-betul memenuhi standard.
Selain berhak membuat berita, wartawan juga wajib hukumnya memberikan hak jawab kepada pihak-pihak yang ditulisnya. Di sinilah mengapa Tintin mengenal banyak orang. Pendapat dan selera pribadi tidak penting dalam kehidupan wartawan. Pekerjaan ini amat menantang karena wartawan bukan kerja kantoran. Tapi seorang wartawan mungkin tidak akan seterkenal dan kaya seperti bintang film atau konglomerat. Karenanya gaji minim bukanlah alasan untuk menerima sogok dari narasumber.

Sumber : Broadcast Journalism and Management
STIKOM Bandung

ENTALPI PELARUTAN


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Senyawa-senyawa yang ada di muka bumi dapat dibedakan berdasarkan kelarutannya menjadi dua, yaitu senyawa yang  larut dan tidak larut dalam suatu pelarut, misalnya air. Dalam pelarutan biasanya terdapat komponen yang dapat dihitung atau dicari melalui metode-metode tertentu. Misalnya adalah entalpi. Entalpi didefinisikan sebagai jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja pada sebuah materi.
Entalpi digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu entalpi pembentukan standar, entalpi penguraian standar, entalpi pembakaran standar, dan entalpi pelarutan standar. Entalpi yang berperan disini adalah entalpi pelarutan. Yang dimaksud dengan entalpi pelarutan itu sendiri menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar. Yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah jenis zat pelarut, jenis zat terlarut, temperatur, dan tekanan.
Entalpi diperoleh dari kandungan kalor zat atau sistem. Untuk menyatakan kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap, dapat didefinisakan dengan entalpi yang merupakan suatu besaran termodinamika dan diberi lambang H.Dimana perubahan entalpi (ΔH) selalu menyertai setiap reaksi kimia, hal tersebut dikarenakan masing-masing zat mengandung jumlah energi yang berbeda (memiliki entalpi yang tidak sama).
Dengan mengetahui perubahan entalpi pelarutan dalam suatu reaksi, diharapkan praktikan dapat memahami pengaruh suhu dalam proses pelarutan suatu zat. Seperti yang akan dilakukan dalam percobaan kali ini, yaitu dengan melihat perubahan entalpi pelarutan zat asam oksalat pada keadaan jenuh.  Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak terlarut. Pada keadaan kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap dan konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Secara umum panas kelarutan adalah positif (endotermis) sehingga menurut Van’t Hoff makin tinggi temperatur maka akan semakin banyak zat yang larut. Sedangkan untuk zat-zat yang panas pelarutannya negatif (eksotermis), maka semakin tinggi suhu akan makin berkurang zat yang dapat larut.Kecenderungan naik atau turunnya suhu dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada setiap kelarutan zat. Hal ini yang mendasari percobaan entalpi pelarutan dilakukan.

1.2  TUJUAN
1.      Menentukan pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan panas kelarutannya.

1.3     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana menentukan panas pelarutan pada setiap daerah suhu?
2.      Bagaimana menentukan panas pelarutan dengan menggunakan grafik?










BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Material Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1        Asam Oksalat (H2C2O4)
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan. Rumus molekul asam oksalat adalah H2C2O4, dengan massa molar 90.03 g/mol (anhidrat) dan 126.07 g/mol (dihidrat). Kelarutan dalam air        yaitu 9,5 g/100 mL dalam suhu 15°C dan sebesar 14,3 g /100 mL dalam suhu 25°C, dan sebesar 120 g/100 mL pada suhu100°C. Titik didih asam oksalat sebesar  101-102°C dalam keadaan dihidrat. (http://www.id.wikipedia.org/Asam-Oksalat.htm)
2.1.2        Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal  sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. Struktur molekulnya berbentuk tetrahedral. Memiliki rumus molekul NaOH dengan massa molar sebesar 39,9971 g.mol-1. Memiliki densitas sebesar 2,1 g.cm-3. Dengan titik leleh sebesar 318°C (591 K) dan titik didih sebesar 1390°C (1663 K). Dan kelarutan dalam air sebesar 111 g/100 ml pada suhu 20°C (http://www.id.wikipedia.org/Natrium-Hidroksida.htm)
2.1.3        Indikator Phenolphtalien (PP)
Memiliki massa molar 318,32 g/mol dan massa jenis 1,277 g/mol pada suhu 32°CTitik leleh sebesar 262,5°C . Kelarutan    dalam air yaitu, tidak larut dalam air, benzene dan sangat larut dalam etanol dan eter.

2.2              Entalpi Pelarutan
Energetika kimia atau termodinamika kimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan energi yang terjadi dalam proses atau reaksi. Studi ini mencakup dua aspek penting yaitu penentuan atau perhitungan kalor reaksi dan studi tentang arah proses dan sifat-sifat sistem dalam kesetimbangan. Bagian alam semesta yang dipilih untuk penelititan termodinamika disebut sistem, dan bagian alam semesta yang berinteraksi dengan sistem tersebut disebut dengan keadaan sekeliling lingkungan dari sistem. Perpindahan energi dapat berupa kalor (q) atau dalam beberapa bentuk lainnya secara keseluruhan disebut kerja. Perpindahan energi berupa kalor atau kerja yang mempengaruhi jumlah keseluruhan energi dalam sistem, yang disebut energi dalam (U) (Petrucci, 1999:249).
Energi dalam (U) adalah keseluruhan energi potensial dan energi kinetik zat-zat yang terdapat dalam sistem. Energi dalam merupakan fungsi keadaan, besarnya hanya tergantung pada keadaan sistem. Setiap sistem mempunyai energi karena partikel-partikel materi (padat, cair atau gas) selalu bergerak acak dan beragam disamping itu dapat terjadi perpindahan tingkat energi elektron dalam atom atau molekul. Bila sistem mengalami peristiwa mungkin akan mengubah energi dalam. Jika suhu naik menandakan partikel lebih cepat dan energi dalam bertambah (Syukri, 1999:112).
Entalpi pelarutan standart merupakan perubahan entalpi standart jika zat itu melarut di dalam pelarut dangan jumlah tertentu. Entalpi pembatas pelarutan adalah perubahan entalpi standart   75,14 Kj/mol. Jika  melarut dalam pelarut dengan jumlah tak hingga, sehingga interaksi antara 2 ion dapat di abaikan contoh untuk HCl
HCl(g) → HCl(aq) ∆H=-75,14 kJ/mol
( Atkins, 1999: 50).
Bila zat terlarut dilarutkan dalam pelarut, kalor dapat diserap atau dilepaskan; secara umum kalor reaksi bergantung pada konsentrasi larutan akhir. Kalor pelarutan integral adalah perubahan entalpi untuk larutan dari 1 mol zat terlarut dalm n mol pelarut. Bila zat terlarut dilarutkan dalam pelarut yang secara kimia sama dan tidak ada komplikasi mengenai ionisasi atau solvasi, kalor pelarutan dapat hampir sama dengan kalor pelelehan zat terlarut. Kalor pelarutan, kalor pengenceran dan kalor reaksi dalam larutan dapat dihitung dari nilai kalor pembentukan dalam larutan yang ditabelkan. Entalpi pembentukan air dapat diabaikan dalam perhitungan, bila jumlah mol air sama pada kedua sisi dari kedua persamaan yang disetimbangkan. Entalpi pembentukan air murni juga digunakan untuk air dan larutan air (Alberty,1992:34).
Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak terlarut. Pada keadaan kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap dan konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Jika kesetimbangan terganggu dengan perubahan temperatur maka konsentrasi larutannya akan berubah. Menurut Van’t Hoff pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dimana :
1.        S2, S1 = kelarutan zat masing-masing pada temperatur T1 dan T2
2.      Δ H = panas pelarutan
3.      R = Konstanta Umum
Secara umum panas pelarutan adalah positif (endotermis) sehingga menurut Van’t Hoff makin tinggi temperatur maka akan semakin banyak zat yang larut. Sedangkan untuk zat-zat panas yang pelarutannya negatif (eksotermis), maka semakin tinggi suhu akan makin berkurang zat yang dapat larut (Tim Kimia Fisik,2009: 2).

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1Alat dan Bahan
            3.1.1 Alat
-          Thermostat 0-50°C
-          Termometer 50°C
-          Buret 50 mL
-          Erlenmayer 250 mL
-          Belas takar 250 mL
-          Pipet volume 5 mL
-          Pengaduk gelas
-          Tabung reaksi
3.1.2        Bahan
-          Asam oksalat
-          Larutan NaOH 0,5 N
-          Indikator pp
-          Es batu dan garam dapur











3.2          Skema kerja
Kristal asam Oksalat
 


1.      Dilarutkan dalam 100 mL aquades sampai keadaan jenuh
2.      Dimasukkan larutan jenuh dalam tabung reaksi dilengkapi dengan termometer dan pengaduk pada temperatur yang dikehendaki (masing-masing 30°C; 25°C; 20°C;15°C; 10°C; 5°C)
3.      Diaduk larutannya
4.      Diambil 5 mL larutan setelah tercapai kesetimbangan, kristal asam oksalat yang tidak larut jangan ikut terbawa
5.      Dititrasi 5 mL larutan asam oksalat dengan larutan NaOH 0,5 N dengan menggunakan indikator pp.Dilakukan duplo.  
Hasil
 








BAB 4. HASIL PERCOBAAN
4.1 Tabel Pengamatan
Suhu (°C)
Massa erlenmeyer + larutan asam oksalat (gram)
Volum NaOH (ml)
Erlenmeyer I
Erlenmeyer II
Erlenmeyer I
Erlenmeyer II
30
39.96
39.86
10.60
9.30
25
40.05
39.96
10.40
10.90
20
40.25
40.11
10.70
10.70
15
40.15
40.07
10.60
10.70
10
40.27
40.14
10.90
10.60
5
39.44
40.14
9.00
11.40

4.2 Tabel Kelarutan Asam Oksalat
Kelarutan Asam Oksalat
Kelarutan(gram/ml)
Suhu (°C)
9.28
30
9.77
25
9.48
20
9.57
15
9.48
10
9.76
5




4.3 Grafik Kelarutan Asam Oksalat terhadap Suhu










BAB 5. PEMBAHASAN
            Pada praktikum entalpi pelarutan digunakan zat asam oksalat sebagai zat terlarut yang dilarutkan dalam 100 ml air. Hingga dicapai titik jenuh, yaitu saat asam oksalat tepat tidak dapat terlarut lagi dalam pelarut air. Dalam keadaan jenuh  terjadi keseimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak terlarut. Pada keadaan kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap dan konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Pada saat percobaan keadaan jenuh dipastikan dengan tidak mampunya asam oksalat larut kembali dalam pelarut air. Hal ini terlihat dari adanya endapan oksalat yang tidak dapat larut meskipun sudah diaduk.
H22O4(s) + H2O(aq)                       H22O4(aq)
            Selanjutnya dilakukan penyesuaian suhu, sesuai dengan petunjuk praktikum. Untuk suhu 30°C, 5 ml larutan asam oksalat dalam erlenmeyer dibiarkan meningkat suhunya dengan memanfaatkan panas ruang. Sehingga suhu perlahan-lahan meningkat menjadi 30°C. Namun, karena suhu ruangan tidak stabil menjaga suhu larutan dalam erlenmeyer, suhu larutan kemungkinan kembali turun menjadi kurang dari 30°C. Hal ini dapat dilihat pada hasil perhitungan yang memperlihatkan bahwa volume titran yang dibutuhkan (volume NaOH) untuk menitrasi asam oksalat pada suhu 30°C paling sedikit diantara variasi suhu lainnya. Artinya, seharusnya pada suhu 30°C kelarutan berada pada titik paling tinggi, yaitu kelarutan asam oksalat paling besar daripada variasi suhu lain yang berada di bawah 30°C. Dari hasil perhitungan didapat kelarutan asam oksalat pada suhu 30°C adalah sebesar 9.28 gram/ml.
            Reaksi titrasi asam oksalat dengan NaOH
HO-CO-CO-OH(s)  +  NaOH(aq)                               OH-CO-CO-ONa(l)
OH-CO-CO-ONa(l) + NaOH(aq)                                NaO-CO-CO-ONa(l)

            Selanjutnya untuk memperoleh suhu 25°C, digunakan es batu dalam gelas kimia untuk menurunkan suhu larutan asam oksalat. Dipastikan suhu larutan berada pada suhu 25°C saat dititrasi dengan larutan standar NaOH 0.5 N. Akan tetapi, hal ini kemungkinan tidak terpenuhi akibat suhu larutan yang terpengaruh dengan suhu ruangan, sehingga tidak berada tepat pada suhu 25°C. Karena ada jeda waktu yang cukup lama saat larutan asam oksalat diambil pada suhu 25°C, kemudian ditimbang dengan neraca analitik, kemudian ditetesi indikator PP, baru kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH. Lamanya waktu jeda memungkinkan suhu larutan oksalat tidak stabil berada dalam suhu 25°C. Hal ini berpengaruh terhadap kelarutan asam oksalat pada suhu 25°C yang seharusnya lebih rendah daripada kelarutan pada suhu 30°C. Dari perhitungan didapat kelarutan asam oksalat pada suhu 25°C dalah sebesar 9.77 gram/ml. Pada suhu dibawah 30°C seharusnya kelarutan semakin berkurang atau kelarutan lebih kecil daripada kelarutan pada suhu 30°C.
Kecenderungan kelarutan semakin menurun seiring dengan penurunan suhu terlihat pada range suhu 25°C sampai dengan 10°C. Pada daerah variasi suhu ini terlihat bahwa semakin kecil suhu, kelarutannya juga semakin kecil. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Apabila suhu diperbesar, maka kelarutan semakin besar dan volume titran juga semakin besar. Sedangkan apabila suhu diperkecil, maka kelarutan semakin kecil maka volume titran yang dibutuhkan semakin kecil.
            Pada suhu 5°C didapatkan kembali kelarutan yang lebih besar daripada larutan naik drastis sehingga kelarutan asam oksalat naik mendekati kelarutan pada suhu 25°C. Hal ini terlihat dari grafik yang melonjak cukup jauh dan berada pada daerah yang sama dengan kelarutan asam oksalat pada suhu 25°C. Beberapa kesalahan mungkin menyebabkan hal ini terjadi. Misalnya lamanya jeda setelah larutan asam oksalat diturunkan suhunya hingga 5°C dengan waktu titrasi. Hal ini memungkinkan terjadinya kenaikan suhu yang cukup tinggi dan berpengaruh terhadap kelarutan asam oksalat. Sehingga didapat kelarutan asam oksalat meningkat seperti pada suhu 25°C.
            Adanya hambatan yaitu padamnya listrik, sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk menimbang larutan dalam erlenmeyer juga turut mempengaruhi hasil percobaan. Dalam waktu yang cukup lama, dalam suhu ruang yang cukup panas, kemungkinan suhu larutan asam oksalat naik secara signifikan. Sehingga menurut hasil yang didapat dari grafik, terlihat kesalahan pada kelarutan di suhu 30°C dan 5°C, yang seharusnya terjadi trend grafik yang menurun, pada percobaan ini yang terjadi adalah sebaliknya, kelarutan makin tinggi pada suhu paling rendah.












BAB VI. PENUTUP
6.1  Kesimpulan
1.      Entalpi pelarutan menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar.
2.      Faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat pelarut, jenis zat terlarut, temperatur, dan tekanan.
3.      Semakin turun atau rendah suhu, maka kelarutan cenderung turun atau mengecil
6.2  Saran
1.      Sebaiknya menggunakan termostat dalam praktikum ini supaya suhu dapat distabilkan dan tidak berubah-ubah akibat dari pengaruh lingkungan.
2.      Praktikan lebih teliti dalam melakukan titrasi.











DAFTAR PUSTAKA
Atkins.1999. Kimia Fisika Jilid I. Jakarta:Erlangga
Petrucci. 1999. Kimia Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga
Syukri.1999. Kimia Dasar I.Bandung: Penerbit ITB
Tim Kimia Fisik.2009. Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Yogyakarta: UNY
Tim Penyusun. 2011. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember : Laboraturium Kimia Fisika Jurusan Kimia FMIPA Universitas Jember