Cari Blog Ini

Laman

Sabtu, 08 Desember 2012

Enzim Alanin Racemase


1.      Enzim sebagai Materi
Enzim adalah salah satu komponen dalam makhluk hidup yang berperan penting dalam menjalankan dan mengatur perubahan kimia dalam suatu sistem biologi. Enzim dihasilkan oleh organ-organ makhluk hidup dan terdapat di dalam bagian sel. Suatu enzim tersusun dari protein karena memiliki sifat-sifat seperti protein, yaitu sensitif terhadap suhu (thermolabil), serta membutuhkan kondisi pH yang sesuai. Enzim memiliki sifat yang khas sebagai katalis, yang sangat menentukan kerja suatu sel. Enzim bekerja secara reversibel atau bolak-balik. Serta bekerja secara spesifik pada satu substrat.
Enzim secara umum diklasifikasikan dalam enam kelas. Yaitu :
a.       Oksidoreduktase
b.      Transferase
c.       Hidrolase
d.      Liase
e.       Isomerase
f.       Ligase
Enzim yang termasuk dalam kelas isomerase bekerja pada reaksi pemindahan satu gugus fungsi di dalam suatu molekul membentuk isomer. Enzim isomerase diklasifikasikan lebih spesifik menurut jenis reaksinya. Antara lain :
1. Rasemisasi atau epimerisasi
2. Isomerisasi cis-trans
3. Oksidoreduktase intramolekul
4. Reaksi transfer intramolekul
Tata nama Alanin rasemase menurut Commision on Enzymes of The International Union of Biochemistry berdasarkan fungsinya, yaitu

EC 5.-.-.- Isomerase
      EC 5.1.-.- Rasemase dan Epimerase
                  EC 5.1.1.- berperan dalam asam amino dan turunannya
                              EC 5.1.1.1 Alanin rasemase
Alanin rasemase terdapat pada beberapa jenis bakteri dan terletak di dinding sel bakteri (peptidoglikan) yang berfungsi untuk mengkatalis interkonvensi L- menjadi D- alanin. Gugus kofaktor ( gugus bukan protein yang terikat pada enzim) pada alanin rasemase adalah gugus pyridoxal 5’-fosfat (PLP). Pada sisi aktif enzim terdapat asam amino Tyrosin (265) dan asam amino Lysin (39). Inhibitor pada enzim ini adalah alanin fosfonat dan D-cycloserine. Alanin fosfonat merupakan inhibitor bersaing karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat (D-alanin) dan dapat membentuk kompleks dengan enzim. Inhibitor D-cycloserine berikatan dengan enzim atau pada enzim yang telah mengikat substrat, sehingga menghambat reaksi enzim.
Alanin rasemase membentuk homodimer yang mana monomer membentuk asosiasi pada kepala hingga ekor yang terlihat khas pada alanin rasemase. Masing – masing monomer memiliki delapan domain α-stranded /β barel (residu 1-238) dan domain β-untai yang diperpanjang (residu 239-367). Pada satu monomer L-alanin berada pada letak yang berdekatan dengan monomer  domain β-untai . meskipun kedua monomer memiliki lipatan yang sangat morip namun kedua monomer ini memiliki bentuk kristal yang berbeda dan simetri kristal yang tidak dgunakan dalam penyempurnaan. Perbedaan antara Cα dari kedua monomer setelah mengalami super posisi yaitu memiliki panjang gelombang 0,38Å, dan A dan B masing-masing memilki faktor 38,4 dan 46,9A2.
Pada alanin rasemase pyridoxal-5-fosfat terhubung ke lysin 39 melalui ikatan aldimine internal yang berada di dalam barel domain α/β. Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Gambar di atas menunjukkan strutur alanin rasemase pada gambar A monomer dari alanin rasemase di tunjukkan dengam warna hijau dan warna emas. Warna emas merupakan monomer β dan warna hijau merupakan monomer α. Pada gambar B pita diagram  dimer alanin rasemase yang mana menggambarkan struktur monomer-monomer pada alanin rasemase. Pada monomer satu berwarna merah dan monomer kedua berwarna biru. Pada gambar struktur A menunjukkan bahwa kofaktor pyridoxal-5-fosfat (PLP) terikat secara kovalen pada lysin 39 yang digambarkan dengan bola-bola hitam yang berada pada sisi aktif.
Enzim alanin rasemase bekerja secara optimum pada suhu 230-370 Celcius. Sedangkan pada pH ±7.0 enzim ini dapat bekerja secara optimal. Pada suhu yang rendah mendekati titik beku enzim tidak akan rusak namun enzim alann rasemase tidak aktif (inactive). Namun dengan adanya kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu yaitu 230-370 Celcius enzim alanin rasemase akan bekerja optimum. Apabila suhu ditingkatkan terus,jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena terjadi denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncak pada suhu optimum.
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH maksimum. Pada alanin rasemase bekerja  maksimum pada pH ±8,3.  Apabila pH lebih dari ±8,3 enzim alanin rasemase akan mengalami denaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik enzim maupun  substrat akan mengalami kenaikan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat yaitu L-Alanin. Pada pH maksimum ±8,3 alanin rasemase akan mengambil struktur 3 dimensi yang sangat tepat sehingga ia dapat mengikta dan mengelolah substrat dengan kecepatan yang setinggi-tingginya. Di luar pH maksimum alanin rasemase struktur 3 dimensi ini akan mulai berubah sehingga substrat tidak dapat lagi berikatan tepat di bagian molekul enzim yang mengelola substrat. Akibatnya proses katalitik tidak akan berjalan dengan optimum. Oleh karena itu struktur 3 dimensi berubah akibat pH yang tidak optimum. Berikut adalah struktur susbtrat D-alanin dan produk L-alanin serta kofaktor PLP (pyridoxal 5’-fosfat).






Dan dibawah ini adalah struktur inhibitor D-cycloserine







2.      Enzim sebagai Katalis
Salah satu fungsi enzim yaitu sebagai katalisator, yang mana enzim berperan mempercepat reaksi tanpa ikut larut dalam reaksi namun dihasilkan kembali sebagai produk. Alanin rasemase merupakan enzim penting dalam bakteri. Alanin rasemase (Alar) mengkatalisis interkonvensi antara L-Ala dan D-Ala dengan bantuan kofaktor pyridoxal 5’-fosfat (PLP). Nitrogen piridin di PLP tidak terprotonasi karena berinteraksi dengan Arg219 pada sisi aktif D-alanin. Dengan gabungan mekanika kuantum dan mekanika molekul yang dapat mengetahui peningkatan keasaman karbon dalam reaksi rasemisasi alanin dikatalisis oleh alanin rasemase. Gabungan dari mekanika kuantum dan mekanika molekul ini menunjukkan bahwa peningkatan keasaman karbon α-asam amino oleh pyridoxal kofaktor 5’-fosfat (PLP) dan piridin, tidak terprotonasi karena adanya efek solvasi, berbeda dengan stabilitas intrisik elektron menarik ion piridinium untuk membentuk intermediet quinonoid. Kemudian alanin rasemase menurunkan keasaman α-proton dan menyediakan 14-17 kkal/mol untuk stabilitas transisi.
Efek dari kofaktor pyridoxal 5’-fosfat (PLP) pada aktivitas dan stabilitas alanin rasemase, memiliki aktivitas katalitik yang tinggi pada suhu rendah namun pada psychosaccharolyticus Bacillus aktivitas yang tinggi terletak pada suhu tinggi. Penurunan aktivitas enzim pada suhu inkubasi yaitu lebih dari 40°C adalah konsisiten pada penurunan jumlah PLP yang terikat. Pada PLP 0,125 mM, aktivitas spesifik enzim psychorophilic lebih tinggi dari alanin rasemase termofilik, yang mana memiliki aktivitas katalitik yang tinggi pada suhu yang tinggi dari stearothermophilus Bacillus bahkan pada 60°C.

3.      Mekanisme Reaksi
Mekanisme reaksi alanin rasemase menggunakan dua katalis basa pada sisi aktif Tyrosin (265) dan PLP- Lysin (39). Lysin (39) yang terikat pada kofaktor berperan sebagai residu katalis yang meringkas atau mengurangi a-hidrogen dari L-alanin dan menambah a-hidrogen dalam gugus intermediet membentuk D-alanin. Substrat yang memiliki gugus karboksil turut berperan dalam katalisis sebagai media dalam transfer proton antara dua katalis basa. Reaksi melibatkan tiga langkah berurutan: (i) pembentukan intermediate tetrahedral dengan situs lisin aktif dan substrat amino terikat pada kofaktor PLP; (ii ) transfer proton tidak langsung antara substrat amino dan residu lisin, dan (iii) pembentukan aldimine eksternal
Pembentukan intermediet yaitu, nitrogen dari piridin dari PLP diprotonasi, dan membentuk ikatan hidrogen dengan bentuk anionik residu asam amino. Ion pridinium dari PLP bertindak sebagai elektron yang menstabilkan intermediet karbanion dengan membentuk spesies quinonoid. Kemudian, dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu transfer proton. Transfer proton ini cenderung membentuk suatu gugus aromatik 6 cincin. Selanjutnya, gugus karboksil yang menerima proton menyumbangkan protonnya kepada gugus e-amino, Lysin (39). Selanjutnya, tahap ketiga dari reaksi ini adalah pembentukan gugus aldimine eksternal sebagai gugus yang membantu transfer proton. Gugus hidroksi fenol dari tyrosin (265) melepaskan a-hidrogen dari L-alanin dalam gugus aldimin eksternal dengan PLP, dan memberikan proton kepada gugus karboksil dalam aldimin. Selanjutnya, proton yang diterima gugus ini menyebabkan berubahnya cahaya terpolarisasi menjadi D-alanin. Sehingga membentuk isomer optik yang simetris.
Aldimine adalah imina yang terbentuk dari amina dan aldehid. Adisi nukleofil dari amina ke gugus karbonil yang diikuti dehidrasi. Mekanisme dimulai dengan protonasi oksigen karbonil yang menyebabkan karbon karbonil menjadi elektrofil yang baik. Selanjutnya amina menyerang karbon karbonil, kemudian proton ditransfer ke oksigen . Pasangan nitrogen tunggal kemudian membentuk ikatan pi dengan karbon dan memindahkan air dengan eliminasi, meninggalkan nitrogen bermuatan positif yang diprotonasi oleh basa.









4.      Kinetika Reaksi Enzim

Mekanisme reaksi enzimatik untuk sebuah subtrat tunggal. Enzim (E) mengikat substrat (S) dan menghasilkan produk (P).
Kinetika enzim menginvestigasi bagaimana enzim mengikat substrat dengan mengubahnya menjadi produk. Sifat kinetik AlrSP pada rasemase alanine bakteri dari L-alanin dan D-alanin dapat diketahui. Nilai Km untuk L-alanin adalah 1,9 mM. Nilai Km disini adalah konstanta Michaelis-Menten yang merupakan konsentrasi substrat yang diperlukan oleh suatu enzim untuk mencapai setengah kelajuan maksimumnya. Serta memiliki nilai Vmax untuk rasemisasi L-alanin menjadi D-alanin adalah 84,6 U/mg, Nilai Vmax disini menunjukkan semua sisi aktif enzim akan berikatan dengan substrat, dan jumlah kompleks ES adalah sama dengan jumlah total enzim yang ada, dimana dalam hal ini satu unit didefinisikan sebagai jumlah enzim yang mengkatalisis racemization dari 1 ìmol substrat per menit.
E + I              EI
ES + I              ESI

Pada kinetika ini,kofaktor yang berperan adalah PLP dan inhibitor yang berperan adalah D-cyclocerin. D-cycloserin akan berikatan dengan enzim atau substrat enzim. D-cyclocerin merupakan inhibitor non-kompetitif karena dapat emengubah konformasi enzim-substrat, dan mengakibatkan sisi katalitik enzim-substrat menjadi inaktif. Hal ini berarti bahwa kompleks enzim-substrat tidak dapat menghasilkan reaksi yang diharapkan.
Rasemase alanin oleh alanin rasemase melibatkan 2 reaksi abstraksi proton pada R-amino karbon oleh kedua basa lemah,yakni residu Tyr yang mengalami unprotonasi dalam ketika konversi L-ke-D alanin, dan residu Lys netral dalam L-D untuk isomerisasi. Dalam larutan berair, pKa keasaman karbon untuk asam amino zwitterionic seperti Gly adalah 28.9,61 sedangkan pKa untuk ion fenol dan etilamonium, mewakili sisi rantai Tyr dan Lys, adalah 10.062 dan 10.863. Berikut ini adalah tabel dan grafik dari energi bebas pada reaksi enzim alanin rasemase.



Abstraksi proton dengan ion phenolate dapat dianggap sebagai reaksi model dalam air untuk reaksi enzimatik yang sesuai untuk konversi L-ke D-alanine. Afinitas proton eksperimental tersedia untuk ion phenolate 64 dan untuk EtNH2 65 masing-masing 350,5 dan 219,9 kkal / mol dan memberikan validasi dari metode yang digunakan dalam perhitungan. Untuk deprotonasi uncatalisis dari alanin oleh phenolate ion dalam air, diperoleh energi bebas dari 30,9 kkal / mol menggunakan potensial SRP-AM1, yaitu sekitar 5 kkal / mol lebih besar dari nilai eksperimen ditentukan (25,8 kkal / mol) berdasarkan pKa nilai untuk glisin dan fenol. Harga  pKa untuk Ala, berdasarkan PMF dan nilai eksperimental untuk fenol, adalah 32,7  sebanding dengan nilai 28,9 untuk Gly.61 Reaksi energi bebas dari Ala-PLP (H +) tanpa protonasi pada nitrogen piridin dari PLP yang merupakan kofaktor, diperoleh energi bebas abstraksi proton sebesar 12,7 kkal / mol, dengan pKa prediksi 19,3 untuk R-amino karbon di Ala-PLP. Pada fase gas bebas  (energi bebas) dasar terkonjugasi dari Ala-PLP (H +) secara signifikan lebih kecil daripada alanin zwitterion. Sehingga, pembentukan piridin akan terprotonasi oleh spesies aldimin. Ala-PLP (H +), dapat  meningkatkan keasaman R-amino  dengan nilai  -65 kkal / mol. Namun, pembentukan Ala-PLP memiliki efek sebaliknya, dapat mengurangi keasaman karbon sebesar 36 kkal / mol. Ala- PLP dan PLP (H +) dengan  solvasi air, menghasilkan pKa dari 19,3(Ala-PLP (H +) ke 11,0 (Ala-PLP) . Dalam enzim alanin racemase, pasangan ion dan hydrogenbonding yang berinteraksi dengan residu di sisi aktif lebih menstabilkan dasar terkonjugasi dari aldimine eksternal Ala-PLP  yang akan berenergi sekitar 6 kkal / mol relatif terhadap proses berair. Menggunakan pKa (7.3) dari Tyr265  di Alar, yang lebih kecil dari pKa fenol dalam air (10,0), dapat dketahui juga pKa dari Ala- PLP adalah 12,2 dalam sisi aktif dari racemase alanin. Energi bebas keseluruhan reaksi konversi dari L-ke D-alanin adalah -2.8 kkal / mol.
a.      Pengaruh suhu terhadap kinetika enzim alanin rasemase
Enzim alanin rasemase bekerja secara optimum pada suhu 230-370 Celcius. Pada suhu optimum ektivitas dari enzim alanin rasemase mencapai nilai tertinggi, sehingga pada posisi inilah kecepatan reaksi mencapai posisi maksimal.  Pada suhu yang rendah mendekati titik beku enzim tidak akan rusak namun enzim alanin rasemase tidak aktif (inactive). Namun dengan adanya kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu yaitu 230-370 Celcius enzim alanin rasemase akan bekerja optimum. Apabila suhu ditingkatkan terus,jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena terjadi denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncak pada suhu optimum.
b.      Pengaruh pH terhadap kinetika enzim alanin rasemase
Enzim alanin rasemase bekerja pada pH optimum  ±8.3  Pada pH kurang dari ±8.3 sisi aktif enzim rasemase mengalami denaturasi secara perlahan sehingga aktivitasnya menurun. Dengan menurunnya aktivitas enzim rasemase, kecepatan reaksi akan menurun. pH optimum enzim alanin rasemase yaitu sekitar ±8.3 sehingga pada pH ini aktivitas enzim rasemase tinggi. Jika aktivitas enzimnya tinggi maka kecepatan reaksi akan tinggi pula.
Pada pH maksimum ±8,3 alanin rasemase akan mengambil struktur 3 dimensi yang sangat tepat sehingga ia dapat mengikat dan mengelolah substrat dengan kecepatan yang setinggi-tingginya. Di luar pH maksimum alanin rasemase struktur 3 dimensi ini akan mulai berubah sehingga substrat tidak dapat lagi berikatan tepat di bagian molekul enzim yang mengelola substrat. Akibatnya proses katalitik tidak akan berjalan dengan optimum. Oleh karena itu struktur 3 dimensi berubah akibat pH yang tidak optimum.
c.       Pengaruh inhibitor terhadap kinetika enzim
Inhibitor merupakan faktor penghambat kerja enzim. Ada beberapa jenis inhibitor yang dibedakan menurut cara kerja menghambat kerja enzim. Setiap enzim pasti memiliki inhibitor dan masing – masing enzim memiliki inhibitor yang bereda – beda. Menurut kelompok kami, inhibitor D-cycloserine akan berikatan dengan kompleks enzim-substrat  membentuk Enzim substrat-inhibitor. Adanya inhibitor akan mengurangi kereaktifan reaksi, sehingga mengganggu hasil reaksi yang diharapkan.

Kamis, 06 Desember 2012

petikan surat penting- Dahlan Iskan


menemukannya dalam buku yang menggebu untuk kubaca
kuhabiskan semalam untuk berkonsentrasi menggali motivasi
tak kusangka,ada bagian yang kira-kira sama dengan rasa yang akhir-akhir ini menyapaku
aku takluk dalam sepi
lalu mengartikan tiap bait yang tertulis..
hmm. aku bisa merasakan 'kehilangan' yang Pak Dahlan rasakan
kamu?
Barangkali harapan ini hanya semacam doa yang memeluk kehampaan sebagai kamu.
Tapi, biarlah...
Sesekali, waktu perlu mengajariku cara tercepat meninggalkan masa silam meski aku tak yakin kamu akan "hilang" begitu saja di masa depanku.
Kadang, setiap merindumu, aku menegarkan hati dengan merapal mantra "semoga", dan berharap mantra itu mustajab untuk mengembalikan "yang pergi" dan memulangkan "yang lupa".
Walaupun setiap mataku membuka, kamu "tetap pergi" dan "tetap lupa kembali"
Di jantung rinduku kamu adalah keabadian yang mengenalkan dan mengekalkan "kehilangan"

Tuhan memberkatiku, dengan pertemuan dan pertemanan yang hebat :)
Terima kasih....

petikan surat penting- Dahlan Iskan


menemukannya dalam buku yang menggebu untuk kubaca
kuhabiskan semalam untuk berkonsentrasi menggali motivasi
tak kusangka,ada bagian yang kira-kira sama dengan rasa yang akhir-akhir ini menyapaku
aku takluk dalam sepi
lalu mengartikan tiap bait yang tertulis..
hmm. aku bisa merasakan 'kehilangan' yang Pak Dahlan rasakan
kamu?
Barangkali harapan ini hanya semacam doa yang memeluk kehampaan sebagai kamu.
Tapi, biarlah...
Sesekali, waktu perlu mengajariku cara tercepat meninggalkan masa silam meski aku tak yakin kamu akan "hilang" begitu saja di masa depanku.
Kadang, setiap merindumu, aku menegarkan hati dengan merapal mantra "semoga", dan berharap mantra itu mustajab untuk mengembalikan "yang pergi" dan memulangkan "yang lupa".
Walaupun setiap mataku membuka, kamu "tetap pergi" dan "tetap lupa kembali"
Di jantung rinduku kamu adalah keabadian yang mengenalkan dan mengekalkan "kehilangan"

Tuhan memberkatiku, dengan pertemuan dan pertemanan yang hebat :)
Terima kasih....

Diam


Bukankah Tuhan tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padanya?
Dan jika memang cinta dalam diammu itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara, biarkan ia tetap diam.

Jika dia memang bukan milikmu, Tuhan akan menghapus cinta dalam diammu melalui waktu dan menggantinya dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat nanti.
Karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya.

Karena diammu memuliakan hatimu.

Karena diammu bukti kesetiaanmu padanya.

Karena diammu bukti ketulusanmu.

Karena doa dalam diammu akan menjadi penjaganya.

Karena dalam diammu tersimpan kekuatan, kekuatan harapan.