Cari Blog Ini

Laman

Kamis, 10 April 2014

they are "twins"

si pebalap Rio Harianto <3 br="">
si news anchor, ko Robet Haryanto <3 td="">
kenpa tiba-tiba pengen nulis suatu kenyataan yang tidak terbantahkan dalam hidup. yes of course...kenyataan ini berawal dari pemikiran konyol yang tiba-tiba nyambung membentuk bangun ruang yang sayang buat dilupakan.
sampe susah harus nulis dari mana ( ._.)/
dulu..dulu banget pernah suka sama kakak kelas. biasaaa cinta-cintaan anak smp. cinta monyet kata orang jaman sekarang. dan wajahnya itu model2 jet li..sipit2 manis gitu <3 awal="" ber-alis="" cowok2="" cowok="" dan="" dari="" emang="" kagum="" kebawa="" model2="" oriental="" p="" pedang.="" sama="" sampe="" sekarang="" sipit="" suka="">sampai suatu hari..suatu hari yang bener2 lupa kalo pernah suka sama kakak ini, di jaman lagi suka2nya scroll timeline soal bola-balap2an, nemu (jiaaa nemu) sosok favorite ini. cowok (jelas lahhh -___- ), ganteng,  yang kebetulan hobi balap-balapan: Rio Haryanto. ooh menn...keliling-keliling gugel, searching fanpage di fb dan twitter, nemu semua yang dibutuhin kaum kepoers. hot pict, video2, daaan semuanya,dalam sejam rasanya udah kenal dan shanggup jadi pacarnya Rio ini.
hampir setahun, kesetanan kepoin Rio Haryanto dan segala pernak-perniknya, tiba-tiba dengan hati riang gembira..saya dipertemukan dengan the other Harianto :D
selain ganteng, R. Harianto satu ini juga punya kerjaan favoritku. News Anchor....
oh my God... kenapa dua orang yang namanya mirip ini juga sama2 mirip wajahnya. sipit, alis pedang, suaranya berat..duuh makin mabok aja googling nyari info kedua R. Hariyanto. satunya Rio Haryanto satunya lagi Rio Harianto..sama2 ganteng..sama2 berprestasi..sama2 kegilaan klo udah nongkrongin tv yg nayangin mereka.
apapun alasannya menurut ku mereka MIRIP

Aku Memintamu Tersenyum Sekarang, Sayang


#kisah ini fiktif belaka. kesamaan nama tempat kejadian mirip2 gitu bukan kesengajaan. itu cuma imajinasi penulis. happy reading...
#note lagi. tulisan ini dibuat untuk mengikuti ajang penulisan. jadi penulis sebenarnya masih single :D
Aku tidak pernah meminta kamu, lelaki yang  menjadi imam saat ini dan di masa mendatang untuk selalu menghadirkan senyum. Tambah lagi, kehadiran abang yang mirip sekali denganmu membuatku seolah tak ingin minta apa-apa lagi selain hadirmu. Sayang, tahukah, hari ini mungkin baru kutemukan mengapa, setiap kamu diam dan memperhatikanku, aku merasa jatuh cinta. Karena dalam diammu itulah aku segalanya buat kamu.
            Selalu, tatapan mata lucu kamu membangkitkan semangat meminta, agar Allah berkenan menjaga kamu dan aku selamanya dalam rahmat-Nya. Karena itu, tiap lelah sehabis mengurus abang  seharian, aku menunggu teduh matamu menentramkan hatiku. Lucu juga, kadang aku kesal tiap kamu seolah acuh melihat aku repot dengan urusanku. Padahal aku tahu, kamu sendiri tak kalah repot dengan segala isi pikiran yang menyita waktu. Soal aku, abang, ayah ibu di rumah, pekerjaan, dan urusan lainnya yang aku tahu kamu belum pernah mengeluh karenanya. Lalu kesal itu menguap begitu saja saat kita nonton Liga Inggris yang menghadirkan big match bersama-sama. Malam yang aku niatkan ngambek karena seharian kamu cuek, berubah jadi ceria lagi.  Disertai berantem kecil soal keputusan wasit, yang jelas-jelas aku sok tau soal itu, tapi kamu cuma ketawa. Akulah wanita paling beruntung, karena bersuamikan kamu, yang penggila sepak bola, tapi tak pernah merasa sok tahu soal sepak bola.
            Kalau aku ceritakan soal keberuntunganku akan hadirmu, mungkin tak cukup tulisan ini merangkum semuanya. Cukup aku senyum-senyum setiap hari, karena syukurku yang tak pernah habis. Menyayangi serta mencintai kamu dan abang adalah hal paling membahagiakan. Sering aku meminta ini itu pada Allah, padahal aku sudah memiliki segalanya, kalian. Hanya kadang aku takut sayang. Kasih sayang yang Allah titipkan lewat penyakitku, banyak menghabiskan jatah waktuku bersamamu. Kamu tahu kan, ya kamu selalu menyemangatiku bahkan, komplikasi diabetes mellitus yang mulai menemaniku sejak 10 tahun lalu, akan segera mengakhirkan ini. Ah, tapi aku tak mau berburuk sangka. Toh kamu selalu menghadirkan harapan untuk selalu sehat. Untuk selalu bahagia bersamamu dan abang.
            Aku tidak pernah meminta kamu mengadakan acara romantis, tapi kamu menghadirkan lebih dari itu. Kalau aku sudah gelisah karena hiperglikemia, aku tidak bisa menyembunyikan keharuan, memandang wajahmu yang cemas. Maaf sayang, aku tidak bermaksud membuatmu khawatir. Lalu kamu yang menenangkanku, mengatakan semua akan baik-baik saja. Hehehe…kamu tahu, wajah kamu lucu kalau sedang cemas begitu. Disatu sisi aku terharu karena merepotkanmu, tapi disisi lain aku ingin tertawa. Bukan, bukan karena ada hal yang lucu, tetapi aku tidak ingin melihat kamu sedih karena melihatku menangis, takut meninggalkanmu dan abang sendirian.
            Ini sudah beberapa hari aku tidak bisa menemani kamu dan abang di rumah. Saran dokter untuk menjalani rawat inap karena ada sesuatu yang salah dengan sistem ginjalku, harus dengan terpaksa aku ikuti. Sebenarnya lebih berat meninggalkan kamu dan abang sendirian di rumah. Tapi kamu meyakinkanku, kamu bisa mengurus semuanya. Dan ini bukan pertama kalinya aku harus meninggalkan kalian sementara seperti ini. Selalu, kamu dengan sabarnya menggantikanku di rumah. Meskipun sebenarnya aku lebih suka kamu dan abang berada disini saja. Sayang,maafkan aku…
            Padahal kamu sendiri sedang lelap disampingku. Menunggu cairan infus habis dan memanggilkan suster untuk menggantinya. Aku tak ingin membangunkanmu, tapi saat ini aku ingin melihat kamu tersenyum. Menatapku teduh, dan meyakinkan semua akan baik-baik saja. Aku ingin membisikkan bahwa dini hari nanti aku mau nonton bola sama kamu, tertawa-tawa menyalahkan wasit, lalu berteriak karena jagoanku lolos final Liga Champion. Lalu memintamu mengimami subuh nanti, walau aku harus sholat sambil terbaring. Sayangku, suamiku tercinta, aku ingin memintamu tersenyum sekarang…