Banyaknya
acara komedi di televisi membuat kita semakin mudah mencari sesuatu untuk
merefresh otak kita dengan tertawa. Pindah channel, tidak sedikit program
komedi yang sukses menaikkan rating tv dan mengocok perut pemirsa. Bermacam-macam
jenis komedi kini mudah ditemui di tv. Memang tak ada salahnya, tapi pernahkan
kita berpikir akan hikmah di balik tawa itu. Mungkin kita lupa,di dunia ini
semua diciptakan seimbang. Seimbang bukan berarti sama jumlah atau
kuantitasnya, tetapi seimbang sesuai porsinya. Sebelum tertawa itulah, mungkin
seabreg masalah mengiringi pikiran kita. Kadang dibuatnya kita menangis. Kadang
galau terucap
karenanya. Tapi dengan hadirnya komedi segar di saat beristirahat, tawa lepas
tak ingat susah dengan mudah singgah di wajah. Kita lupa, tawa yang ada,
mungkin telah dituliskan untuk menghadapi luka dan masalah. Bahwa hidup tak
hanya bahagia,karena hanya pengecut yang mengira hidup itu sempurna. Mungkin
tawa dicipta untuk melengkapi perihnya luka. Lengkap karena ada bahagia di akhir cerita.
Sayang,
tak semua rakyat Indonesia menerima ide-ide komedi yang tersaji. Sehingga masih
tak mudah menghadirkan tawa di segelintir lapisan masyarakat. Hingga mereka
mentertawakan kesedihan yang dialami sehari-hari. Bahkan kita ikut
men'tertawa'kan kesedihan mereka. Berita ketidakadilan akan hidup sebagian
rakyat Indonesia, jadi
santapan sehari-hari di ruang keluarga. Dengan cueknya kita tak ubahnya pemirsa .Hanya geleng
kepala, mengutuk, pindah channel, lalu kita kembali tertawa.
Indonesia dengan semangat gotong royongnya, dengan
kekuatan persatuan dan kesatuan, mengiringi kesejahteraan dengan keadilan,
bukankah tidak peduli bukan budaya kita. Ketidakpedulian bukan ajaran yang
diajarkan nenek moyang kita. Adanya tangis dan tawa yang saling
melengkapi, harusnya menjadi cerminan untuk kita bisa berbagi. Untuk mereka
yang tangisnya tersembunyi oleh tawa ketidakpedulian penguasa, tawa canda
itulah yang sedikit bisa mengobati luka mereka. Berbagi dengan tidak ‘cuek’ akan keadaan bangsa kita yang
kurang beruntung. Setidaknya tidak men’tertawa’kan kesedihan mereka, dengan berbagi
air mata.
Bersyukur bagi kita yang lebih beruntung adalah wujud
nyata menyeimbangkan antara kesedihan dan kebahagiaan dalam hidup. Setidaknya
menyelaraskan kehidupan yang kita miliki dengan keadaan sosial bangsa kita.
Dimana tak ada lagi tawa yang men’tertawa’kan kesedihan saudara kita yang
kurang beruntung. Dengan tertawa yang tidak berlebihan, dan terus mengingat
bahwa kesedihan pasti akan datang seiring dengan kepergian sang tawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar