Cari Blog Ini

Laman

Sabtu, 28 Januari 2012

PARODI TAWA DI ATAS DUKA



Banyaknya acara komedi di televisi membuat kita semakin mudah mencari sesuatu untuk merefresh otak kita dengan tertawa. Pindah channel, tidak sedikit program komedi yang sukses menaikkan rating tv dan mengocok perut pemirsa. Bermacam-macam jenis komedi kini mudah ditemui di tv. Memang tak ada salahnya, tapi pernahkan kita berpikir akan hikmah di balik tawa itu. Mungkin kita lupa,di dunia ini semua diciptakan seimbang. Seimbang bukan berarti sama jumlah atau kuantitasnya, tetapi seimbang sesuai porsinya. Sebelum tertawa itulah, mungkin seabreg masalah mengiringi pikiran kita. Kadang dibuatnya kita menangis. Kadang galau terucap karenanya. Tapi dengan hadirnya komedi segar di saat beristirahat, tawa lepas tak ingat susah dengan mudah singgah di wajah. Kita lupa, tawa yang ada, mungkin telah dituliskan untuk menghadapi luka dan masalah. Bahwa hidup tak hanya bahagia,karena hanya pengecut yang mengira hidup itu sempurna. Mungkin tawa dicipta untuk melengkapi perihnya luka. Lengkap karena ada  bahagia di akhir cerita.
Sayang, tak semua rakyat Indonesia menerima ide-ide komedi yang tersaji. Sehingga masih tak mudah menghadirkan tawa di segelintir lapisan masyarakat. Hingga mereka mentertawakan kesedihan yang dialami sehari-hari. Bahkan kita ikut men'tertawa'kan kesedihan mereka. Berita ketidakadilan akan hidup sebagian rakyat Indonesia, jadi santapan sehari-hari di ruang keluarga. Dengan cueknya kita tak ubahnya pemirsa .Hanya geleng kepala, mengutuk, pindah channel, lalu kita kembali tertawa.
Indonesia dengan semangat gotong royongnya, dengan kekuatan persatuan dan kesatuan, mengiringi kesejahteraan dengan keadilan, bukankah tidak peduli bukan budaya kita. Ketidakpedulian bukan ajaran yang diajarkan nenek moyang kita. Adanya tangis dan tawa yang saling melengkapi, harusnya menjadi cerminan untuk kita bisa berbagi. Untuk mereka yang tangisnya tersembunyi oleh tawa ketidakpedulian penguasa, tawa canda itulah yang sedikit bisa mengobati luka mereka. Berbagi dengan tidak ‘cuek’ akan keadaan bangsa kita yang kurang beruntung. Setidaknya tidak men’tertawa’kan kesedihan mereka, dengan berbagi air mata.
Bersyukur bagi kita yang lebih beruntung adalah wujud nyata menyeimbangkan antara kesedihan dan kebahagiaan dalam hidup. Setidaknya menyelaraskan kehidupan yang kita miliki dengan keadaan sosial bangsa kita. Dimana tak ada lagi tawa yang men’tertawa’kan kesedihan saudara kita yang kurang beruntung. Dengan tertawa yang tidak berlebihan, dan terus mengingat bahwa kesedihan pasti akan datang seiring dengan kepergian sang tawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar